Minggu, 12 Juni 2022 21:47 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

     Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Prof Dr Muslimin Machmud mendorong agar kurikulum terus di-upgrade. Perubahan aturan maupun pasar kerja, menurutnya, menuntut penyesuaian kurikulum yang responsif.

Hal itu disampaikan Dekan FISIP ketika membuka Focus Group Discussion (FGD) dalam menyiapkan lokakarya Kurikulum Program Studi Ilmu Komunikasi, Sabtu (11/06/2022). Selama bulan Juni ini Komunikasi UMM tengah melakukan berbagai kegiatan menjelang lokakarya yang rencananya dilangsungkan akhir bulan ini.

Dekan FISIP (tengah) bersama Kaprodi (kiri) dan pemantik diskusi Dr. Catur Suratnoaji saat membuka kegiatan Sharing dan FGD dalam rangka persiapan lokakarya kurikulum Prodi Ilmu Komunikasi (foto:ist)

Dekan menekankan, kurikulum Komunikasi harus mampu menyiapkan manusia unggul di era informasi, terutama dalam penguasaan akses dan data. Untuk itu rancangan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) harus tepat. CPL, katanya, harus memperhatikan empat bidang. Yakni, sikap dan tata nilai; kemampuan kerja; penguasaan pengetahuan, dan tanggung jawab.

“Yang penting Prodi harus memiliki kekhasan yang dapat membedakan Komunikasi UMM dengan Prodi yang sama di kampus lain,” tegas Dekan.

Ketua Program Studi Komunikasi  UMM, Nasrullah menerangkan kurikulum kali ini disiapkan untuk mengadopsi Outcome Based Education (OBE). “Selain itu juga merespon program pemerintah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan mempersiapkan keberadaan Center of Excellent (CoE) School of Digital Creative Communication (CDCC),” katanya.

Dituturkannya, penyesuaian kurikulum merupakan suatu keniscayaan. Ilmu dan profesi komunikasi berkembang sangat dinamis sehingga memerlukan respon yang cepat dan tepat. Untuk itu diperlukan kajian mendalam dan komprehensif dengan melibatkan semua unsur yang mewakili stakeholder Komunikasi UMM.

“Keunggulan Komunikasi UMM selama ini terletak pada kekuatan kreativitas dan kemampuan kolaboratifnya. Ini akan menjadi perhatian ke depan supaya diakomodasi dalam kurikulum yang juga perlu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi,” lanjut Nasrullah.

Dalam FGD Komunikasi UMM menghadirkan dua pakar yang mewakili akademisi dan praktisi. Dari akademisi, pakar komunikasi digital dan bigdata dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran (UPN) Jawa Timur, Dr Catur Suratnoaji, M.Si. Sedangkan dari praktisi dipilih Dr. Muhammad Faisal.  Selain juga akademisi, Faisal adalah konsultan digital branding dan peneliti etnografi digital dan milenial.

Senada dengan Dekan, Catur menekankan pentingnya positioning Prodi melalui kurikulum. Dia menyarankan agar kekhasan itu disesuaikan dengan lingkungan internal dan eksternal. “Misalnya dengan trend media digital, tentu memerlukan penyesuaian mata kuliah yang dapat diampu oleh anak-anak muda. Tetapi jangan khawatir karena dosen-dosen senior juga tetap memiliki tempat karena keilmuan komunikasi sangat memerlukan penguatan teori dan ilmu-ilmu lainnya,” sarannya.

Catur juga sepakat dengan penguasaan literasi baru, yakni literasi data. Hal ini perlu dikembangkan karena akan menjadi bekal bagi keahlian di dunia industri maupun akademik. Disamping itu mata kuliah entrepreneurship dan internship agar diwajibkan bagi mahasiswa.

Di sisi lain, Faisal mengingatkan agar tidak terjebak pada orientasi teknologi informasi semata-mata. Meski diperkirakan pada tahun 2030 dunia akan totally terdigitalisasi, kemampuan manusia dalam mengendalikan teknologi juga sangat penting. Isu-isu seperti krisis air, perubahan iklim dan konflik sosial, harus menjadi perhatian keilmuan komunikasi. “Basis ilmu komunikasi akan fundamental dan kembali ke kemampuan manusia, teknologi juga penting namun kembali ke manusianya. Meski kita harus menguasai teknologi digital, kita harus ingat bahwa inti komunikasi adalah talk to human. Sisi manusia tetap menjadi perhatian utama,” tukasnya.

Foto bersama usai kegiatan Sharing dan FGD di R. Sidang Senat UMM (foto: ist)

Dua dosen senior, Budi Suprapto dan Farid Rusman, ikut mendukung gagasan Faisal. Budi mengingatkan agar komunikasi tidak menyerupai informatika karena terlalu dekat dengan kajian teknologi informasi. “Akar filsafat dan keilmuan komunikasi harus terus dipertahankan dengan berbasis kepada nilai-nilai humanisme,” kata Budi yang diamini Farid.

Berbagai masukan diberikan oleh para stakeholder pengguna lulusan serta alumni. Sebagian besar alumni menyarankan agar lulusan dibekali dengan whole package atau paket lengkap yang siap kerja. Selain ilmu dan keterampilan komunikasi, juga perlu persiapan bahasa, penguasaan teknologi komunikasi, serta akses ke dunia global.

“Kalau bisa penyampaian perkuliahan minimal 50% menggunakan Bahasa Inggris agar mahasiswa terbiasa menggunakannya. Di samping itu, aspek attitude dan etiket berkomunikasi juga menjadi aspek sangat penting dalam memasuki dunia kerja di perusahaan beskala global maupun multinasional,” kata alumni yang bekerja di Saudia Airline, Nuraini Rohmawati.

Hal yang sama juga dibenarkan alumni lainnya, seperti  Viki Arif (Paradise Entertainment), Heru Nasrudin (Blibli.com), Maratun Sholihah (Kompas TV) dan Tris Sulis (Kontan.com).  Mereka mengikuti FGD secara virtual.

Nasrullah menambahkan, Komunikasi UMM memperoleh amanah dari Universitas untuk menjadi salah satu Prodi yang didorong memperoleh akreditasi internasional. Menyusul diperolehnya sertifikat AUN-QA, Komunikasi UMM kini menyiapkan site visit untuk akreditasi FIBAA dari Jerman. “Konsekuensinya kami harus menyiapkan banyak aspek. Tidak hanya kurikulum, tapi juga upgrading sumberdaya manusia pengajar, fasilitas laboratorium, dan tata kelola Prodi,” tambahnya.

   Lokakarya akan berlanjut dengan sidang-sidang komisi untuk membahas draft kurikulum. Pada puncaknya, pleno akan dilangsungkan guna membahas kurikulum baru untuk diserahkan kepada universitas untuk disahkan. Ketua Panitia Lokakarya, Radityo Widiatmojo, M.Si merinci kegiatan ini berlangsung selama sebulan. Sebelumnya FGD dengan perwakilan mahasiswa berhasil mendapatkan masukan mengenai kritik pada kurikulum lama dan keinginan muatan pada kurikulum baru mendatang. (nas)

×