Rabu, 20 Mei 2020 20:09 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

        Usianya masih relatif muda, 35 tahun. Namun dosen kelahiran Bengkulu yang saat ini menempuh program doctoral di International Islamic University Malaysia (IIUM) ini memiliki prestasi membanggakan. Pada 19 Mei lalu ia dinyatakan sebagai peraih gelar terbaik ketiga Dosen Berprestasi tingkat universitas, sebuah gelar yang cukup prestisius di kalangan civitas akademika UMM. Gonda Yumitro,M.A, demikian nama lengkap  dosen berprestasi yang berasal dari Prodi Hubungan Internasional ini.

Gonda Yumitro, M.A, saat menerima penghargaan dosen berprestasi terbaik ketiga di aula BAU UMM (photo by humasUMM)

             Perjalanan untuk mengikuti seleksi dosen berprestasi tidak bisa disiapkan dalam cara instan. Universitas memiliki mekanisme tersendiri untuk menyeleksi melalui rekam jejak akademis yang dimiliki. “Sebenarnya saya tidak pernah membayangkan akan ikut seleksi dospres (dosen beprestasi, red) karena ya saya merasa belum banyak berprestasi dan masih harus berbuat lebih banyak lagi. Lalu saya dihubungi oleh Wadek 2 untuk mewakili FISIP. Baru ketika tes dospres baru saya tahu bahwa BPSDM mengundang saya mengikuti seleksi berdasarkan data record yang mereka miliki,” ujar ayah empat putri ini merendah.

            Ia mengaku tak punya target juara dalam seleksi dospres ini. “Saya sampaikan ke fakultas bahwa saya tidak bisa menjanjikan juara, namun jika diberi kesempatan untuk belajar di seleksi dospres ini, saya berjanji akan melakukan yang terbaik. Alhamdulillah pihak dekanat memberi saya kesempatan. Jadi saya jujur tidak punya beban, jadi lebih mengalir gitu ya,” imbuhnya. Dosen yang juga aktif menjadi pendakwah di Kota Malang ini merupakan dosen yang cukup produktif dalam bidang riset. Lima tahun terakhir, ia memilliki 12 judul riset nasional dan internasional. Tahun lalu ia berhasil memperoleh Taiwan Fellowship dan membuat riset tentang TKI yang bertajuk ‘The Growing of Multiculturalism in Taiwan: Challenges and Future by the Rise of Muslim Indonesian Migrant Workers’.  Gonda juga tercatat memiliki empat riset yang terindeks Scopus. Total ia memiliki 17 karya jurnal yang telah terpublikasi di sejumlah jurnal nasional dan internasional. Lulusan terbaik ketiga dari Department of Political Science Jamia Milia Islamia, India ini juga memiliki lima karya buku. Gonda menyelesaikan program masternya di India, di dua universitas sekaligus, di Departemen Ilmu Politik di Jamia Milia Islamia dan Departemen Hubungan Internasional di Annamalai University, India.

Gonda Yumitro (nomor tiga dari kiri, koko hijau) bersama kolega di Prodi Hubungan Internasional

        Mengikuti seleksi dospres membuatnya mempelajari banyak hal. Khususnya saat ia mempresentasikan karya unggulan di depan sejumlah reviewer, ia mencatat beberapa hal penting terkait bagaimana seharusnya menjadi dosen yang berprestasi.  Dosen berprestasi itu harus memiliki visi dan misi sebagai dosen untuk melakukan yang terbaik dalam semua bidang tri dharma perguruan tinggi. Selain itu seorang dosen dalam bidang keahliannya harus memiliki target, rencana, dan capaian untuk membangun legitimasi akademik sehingga bisa dijadikan rujukan keilmuan pada bidang kajian tertentu. “Oleh karena itu, idealnya seorang dosen harus punya roadmap penelitian. Selain itu yang tidak kalah penting adalah luaran dari kinerja akademik sebagai bukti bahwa dosen tersebut punya visi, misi dan kepakaran dalam bidang tertentu. Diantara bukti pengakuan tersebut, seorang dosen juga harus punya jaringan yang luas, syukur-syukur bisa mengakses riset nasional maupun internasional,”jelasnya.

           Ketika ditanya apa targetnya setelah mendapat gelar dosen berprestasi, Gonda mengaku secara pribadi ia berusaha untuk segera menyelesaikan disertasinya agar segera kembali mengabdi. Ia juga berharap bisa berkolaborasi dengan berbagai jejaring untuk membangun budaya akademik yang lebih baik. (wnd)

×