Jum’at, 06 Maret 2020 17:15 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FISIP UMM hari ini (6/3) mendapat kunjungan khusus dari Ananto Kusuma Seta, Staf Ahli Bidang Inovasi dan Daya Saing Kemendikbud. Dalam kunjungannya di ruang sidang 611 FISIP GKB 1, pria asal Jombang ini mengajak para dosen FISIP untuk melakukan refleksi terkait future higher education. Khususnya tentang langkah apa saja yang harus dilakukan menghadapi tantangan di masa depan. Menurut Ananto, FISIP harus mampu menciptakan lulusan yang tidak sekedar tahu apa, namun lulusan yang bisa apa.
Seorang dosen, seorang guru, akan memiliki kebermanfaatan dalam profesi jika bisa menjadikan anak didik juga bermanfaat bagi lingkungannya. “Guru adalah profesi mulia, namun di balik kemuliaan itu akan ada ‘kutukan’ atau hujatan jika tidak berhasil mengantarkan anak didiknya ke gerbang kebaikan,”ungkap Ananto. Dosen atau guru harus bisa mendidik anak sesuai fitrah, menemu-kenali potensi Ilahiah sehingga mahasiswa bisa memaksimalkan kemanfaatan untuk orang lain. Hal ini perlu diperhatikan sebab di masa mendatang, teknologi akan selalu menjadi disruptive force karena teknologi akan menjadi lifestyle, teknologi untuk belajar (for learning) dan teknologi untuk bekerja (for works).
Persoalan sosial di masa depan juga akan sangat kompleks. Diprediksi tahun 2025, di 35 smart cities, 60% penduduknya akan tinggal atau berubah menjadi masyarakat urban. Tentu permasalahan yang akan dihadapi masyarakat urban akan lebih kompleks.
Ananto dalam diskusi refleksi ini memantik pertanyaan unik, lalu untuk apa kuliah? mengapa harus belajar di universitas? Padahal Elon Musk, owner Tesla, justru malah merekrut lulusan SMA yang terampil. Ukuran baru masa depan, generasi Z memiliki pandangan yang berbeda tentang uang. Gross Domestic Product (GDP) tidak lagi sekedar mengukur tentang pendapatan namun juga menunjukkan data indeks kebahagiaan. Sehingga bagaimana cara mendidik anak-anak kita menghadapi perubahan sosial seperti itu? Kita tidak menyiapkan anak pada lulusan title job namun skilled job.
Kemampuan seperti berpikir analitis, kreativitas, active learning, critical thinking, adalah sejumlah kemampuan yang mutlak dimiliki generasi Z pada 2022. “Tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia bukan merobotkan manusia sehingga kebutuhan social skil juga meningkat. Ini adalah harapan dan potensi besar untuk FISIP karena FISIP akan menjadi sumber bagi fakultas-fakultas lain,”ungkap Ananto. Untuk itu ia berharap FISIP bisa menangkap peluang tersebut sebaik-baiknya. Paradigma mendatang, desain kurikulum bukan kita yang mendesain, namun tergantung pada kebutuhan dunia kerja. Kognisi pendidikan juga tidak lagi berkutat pada know what (higher education-lead) namun berubah menjadi know how dan know why (industry-lead). (wnd)