Sabtu, 19 Juni 2021 08:26 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FISIP UMM berkolaborasi dengan FEB UMM sukses menggelar International Conference on Humanities and Social Science 2021 (ICHSoS 2021) pada 18-19 Juni 2021 di Aula GKB 4 UMM. Helatan konferensi internasional cluster kedua yang diadakan di UMM tahun ini melibatkan 80 authors dari berbagai negara. Diadakan dengan blended method, ICHSoS digelar dengan format luring terbatas dan daring melalui aplikasi zoom meeting. Konferensi ini merupakan upaya kritis para akademisi dalam menangani kondisi pasca pandemi.
Wakil Rektor 1 UMM, Prof. Dr.Syamsul Arifin, M.Si saat membuka ICHSoS 2021
Mengusung tema Social and Political Issues on Sustainable Development in Post Covid-19 Crisis, Wakil Rektor 1 UMM, Prof. Dr Syamsul Arifin, M.Si dalam sambutannya menyebut bahwa selain untuk menjadi bagian solusi pasca krisis akibat pandemi, ICHSoS juga bertujuan untuk memperluas khasanah penelitian. “Melalui ICHSoS saya berharap bisa semakin memperluas khasanah riset kita,”ungkap guru besar UMM tersebut.
Pada agenda hari pertama, yakni opening and plenary session ICHSoS, ICHSoS menghadirkan para pakar ilmu sosial dari Polandia, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Diantaranya adalah Dr.Vina Salviana DS, M.Si (Indonesia), Dr. Peerasit Kamnuansilpa (Thailand), Dr. Yash Chawla (Polandia), Dr. Khadijah Alavi (Malaysia) dan Dr. Eko Handayanto,MM (Indonesia). Menteri Koordinator PMK RI Prof. Dr Muhajir Efendy diwakili oleh staf khusus Prof. Ravik Karsidi memberikan keynote speech pada kegiatan ini. “Ilmu sosial memiliki banyak peluang dalam penanganan pasca pandemi. Jika ilmu medis menilai covid ini sebagai virus mematikan, dalam perspektif sosiologis pandemi covid-19 ini melahirkan pengetahuan baru karena mutasi perubahan alam. Covid dikonstruksikan sebagai peluang untuk membangun kebijakan endogen yang berpihak pada inovasi sosial berbasis potensi lokal,” ujar Prof. Ravik Karsidi.
Para pembicara dalam plenary session ICHSoS 2021
Dr. Vina Salviana DS, M.Si, salah satu speaker dalam plenary session membahas tentang bagaimana perempuan bisa mengambil peran dalam menangani kondisi pasca pandemi. Berdasarkan hasil riset dosen FISIP UMM ini, perempuan memiliki kemampuan berpikir dan bertindak lebih cepat dengan potensi yang mereka miliki. Perempuan dinilai bisa survive secara alami. Kelebihan perempuan dalam hal intuisi dan kepekaan, adalah hal yang cukup baik karena bisa lebih sensitif dan peka sehingga bisa beradaptasi pada perubahan. Perempuan, dengan segala kompleksitasnya, mampu segera menjalani peran-peran ganda. Menjadi pekerja sektor kedua ketika pasangan mereka terhempas oleh dampak covid, bahkan berperan menjadi guru di rumah ketika anak harus sekolah dengan metode daring.
Peerasit Kamnuansilpa dari Khon Kaen University Thailand sharing pengalaman Thailand menangani Covid-19, begitu pula dengan Dr. Khadijah Alavi yang mengulas tentang kolaborasi strategis dalam penanganan pandemi di Malaysia. Khadijah Alavi juga memaparkan bagaimana potensi dari social worker dalam masa pandemi ini. Pembicara dari Worclaw University Polandia, Dr. Yash Chawla, pandemi membuat orang menjadi lebih kreatif. Pemilik lima gelar akademik tersebut menyarankan agar orang perlu untuk melakukan berbagai upaya untuk mendukung sustainable consumption. “We have to do recycle, donate and consume what’s required,”ungkapnya. Dr. Eko Handayanto, pembicara dari FEB UMM memaparkan tentang fenomena consumer panic buying di kala pandemi dan bagaimana cara merespon hal tersebut.
Suasana panel session ICHSoS hari kedua di salah satu room zoom
Pada agenda panel session hari kedua, sebanyak 80 authors dari berbagai negara, mempresentasikan hasil riset mereka secara daring. Dibagi ke dalam 12 breakout room zoom, dari 80 peneliti, Cosmas Gatot Haryono terpilih sebagai Best Speaker dengan papernya yang berjudul Covid-19 Murals: Autocritic Messages From Society in The Public Sphere. Sedangkan Salina Nen, Fauziah Ibrahim dan Norulhuda berhasil meraih predikat Best Paper. Riset mereka berjudul Depression, Anxiety and Fear During the Covid-19 Pandemic Movement Control Order (MCO) in Malaysia mendapat ganjaran sebagai paper terbaik. (wnd/dil)