Kamis, 06 Agustus 2020 13:25 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

     Pandemi tidak hanya menyajikan kepedihan, namun juga menawarkan harapan. Salah satunya adalah harapan untuk masa depan profesi komunikasi. Dalam rangka ulang tahun Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMM ke 34,  expert sharing session edisi spesial yang digelar prodi Ilmu Komunikasi mengupas tuntas tentang Masa Depan Profesi Komunikasi di Era Konvergensi Media. Talkshow daring ini bisa disimak recordnya melalui akun youtube Lab Ilmu Komunikasi.

Hasil tangkapan layar expert sharing session edisi special ultah Prodi Ikom FISIP UMM

     Syaiful Halim, founder M-Docs, didapuk menjadi pemateri dalam sharing session kali ini. Dimoderatori oleh Nasrullah, M.Si, dosen Ilmu Komunikasi, expert sharing session edisi special ini berdurasi sekitar 60 menit. Menurut Syaiful Halim, ada tiga tantangan yang kini dihadapi oleh dunia komunikasi. Yang pertama adalah konvergensi media,  yang kedua adalah ‘virus’ komodifikasi media dimana televisi harus bisa membuat konten yang laku karena harus bersaing dengan platform media lain. Dan yang ketiga adalah tantangan saat pandemi. “ Di masa kini, SDM televisi tidak perlu banyak-banyak namun harus multi skill. Saat ini tuntutan untuk professional komunikasi semakin tinggi. Kebutuhan akan profesi komunikasi tidak hanya sekedar bisa pegang kamera, membuat berita atau mengedit video, namun lebih luas,” ungkap Halim.

Syaiful Halim, Founder M-DOCS, pemateri dalam expert sharing session edisi spesial

     Keilmuan komunikasi tak hanya dibutuhkan di dunia media massa saja atau company, namun juga dibutuhkan dalam praktek pemerintahan. Problem komunikasi seperti buzzer yang merajalela, profesi komunikasi harusnya turun untuk menguatkan konten yang lebih baik dan positif. “Kita membutuhkan lebih banyak pakar komunikasi agar komunikasi publik antara pemerintahan dan masyarakat bisa lebih baik, sehingga belajar dari problem komunikasi pandemi, seorang professional komunikasi dituntut harus mempelajari banyak hal. Di komunikasi ada sebuah provokasi positif, bahwa seorang professional komunikasi harus menggunakan ilmunya wartawan, yaitu harus menjadi pembelajar yang cepat. Mengetahui banyak hal meskipun tidak banyak, ini juga penting karena kebutuhan akan profesi komunikasi masa kini harus harus menguasai banyak hal,”ungkap Syaiful Halim.

Baca juga: Persiapkan Kuliah Tahun Ajaran Baru, FISIP Optimalkan Simulasi Polysynchronous Learning

     Halim menambahkan, komunikasi merupakan ilmu yang paling tua, yang dibutuhkan sekarang, belajar dari konvergensi media dan pandemi, ilmu komunikasi harus punya terobosan dan menjadi pembelajar ulung. Tidak bisa hanya menjadi pekerja biasa namun perlu menguasai multiskill. Para pengkaji komunikasi juga harus tetap optimis pada masa depan keilmuan komunikasi karena komunikasi menjadi linkage pada semua sector. Untuk meraih profesi komunikasi atau komunikolog yang berkualitas, lulusan komunikasi harus well trained dan well educated, well managed dan well equip, setelah itu baru bisa well paid. ”Beda komunikasi dan vokasi itu ada pada bagaimana perlakuan terhadap kinerja. Vokasi dibayar sesuai keringat, professional dibayar sesuai dengan keahliannya. Mahaiswa komunikasi harus mengedepankan 4 C yaitu creative thinking, creativity,  collaboration, communication skill,”ungkap Halim menutup sesi diskusi. (wnd)

×