Minggu, 19 Juni 2022 09:04 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kecemasan menghadapi persaingan dunia kerja pasca lulus kuliah menjadi hal yang patut diantisipasi. Muhammad Rizqi Surya Wahyudin, S.Sos, alumni Kesos dalam orasi ilmiah pada agenda Pelepasan Wisudawan FISIP UMM Periode II/2022 mengungkapkan sejumlah tantangan yang harus dihadapi para lulusan. Ia juga membagikan sejumlah tips dalam menghadapi persaingan dunia kerja.
M. Rizqi Surya Wahyudin, S.Sos, saat menyampaikan orasi ilmiah di depan 240 calon wisudawan FISIP UMM (foto: humas)
Mantan Gubernur Mahasiswa FISIP yang kini menjadi ASN di Dinas Sosial Kota Blitar ini mengatakan pengalaman organisasi adalah bekal yang penting, namun jangan jadi satu-satunya yang diandalkan. “Pengalaman menjadi aktivis itu penting sekali dalam menghadapi dunia kerja, tapi jangan hanya mengandalkan itu. Apalagi sampai post power syndrome, merasa sebagai mantan ketua apa biasa membawahi banyak anggota pas jadi mahasiswa. Lalu ketika lulus kerja tidak siap ketika menghadapi masa tunggu. Lalu post power syndrome, wah jangan begitu,”ungkapnya di depan 240 calon wisudawan FISIP yang dikukuhkan dalam yudisium (18/6) kemarin.
Rizqi mengatakan masa tunggu untuk setiap lulusan memang bervariasi. Ada yang hanya satu dua bulan, ada juga yang beberapa bulan. Ia mengaku perlu menunggu enam bulan sampai kemudian diterima sebagai ASN di Dinas Sosial Kota Blitar. “Selama masa tunggu itu saya bekerja apa saja. Sempat ingin cari kerja di Malang saja karena sudah kerasan disini, namun tidak dapat-dapat. Jadi selama masa menemukan pekerjaan yang tepat itu saya tidak gengsi bekerja apa saja, termasuk bekerja di kandang ayam milik keluarga bibi saya di Blitar,” ungkap pria asal Kalimantan ini.
Tidak gengsian menjadi kata kunci yang menurut Rizqi harus dimiliki oleh fresh graduate. Para lulusan juga harus percaya diri bersaing dengan alumni dari kampus-kampus bonafide lain. “Kita harus siap dengan persaingan kerja, dan kita harus percaya diri. Kita adalah lulusan kampus yang unggul. Rasa percaya diri itu cukup membantu saya untuk tak gentar ketika harus bersaing dengan lulusan kampus-kampus keren lainnya, ya biasa saja, pede saja. Kita punya banyak modal kok, modal mental, modal pengalaman, banyak sebenarnya yang sudah kita dapatkan selama kuliah,”imbuhnya.
Kebanggaan karena dilahirkan dari rahim kampus unggul ini juga ditekankan oleh Dekan FISIP UMM, Prof. Dr. Muslimin Machmud, M.Si. Dalam sambutannya ia mengatakan bahwa rekognisi nasional dan internasional yang telah diperoleh oleh FISIP dan UMM bisa menjadi salah satu modal bagi lulusan. “Seluruh rekognisi tersebut bisa digunakan sebagai modal sosial untuk melakukan kompetisi di tingkat apapun. Alumni harus percaya diri lahir dari rahim almamater kampus yang unggul. Selain itu alumni harus senantiasa belajar untuk menguasai literasi data dan literasi teknologi,”pesan dekan.
Dekan saat menyematkan selempang pada peraih gelar terbaik fakultas (foto : humas)
Yudisium kali ini selain mengukuhkan 240 calon wisudawan/ti dari kelima prodi juga memberi anugerah lulusan terbaik fakultas untuk tiga orang lulusan. Ketiga lulusan yang meraih gelar terbaik itu diantaranya adalah Rizki Juda Putra Hidayat dengan IPK 3,94 dan masa studi 3,9 tahun, lulusan terbaik kedua diraih oleh Yusrin Rahmawati dengan IPK 3,92 dan Mariano Warendridus sebagai terbaik ketiga fakultas dengan IPK 3,92. Baik Yusrin maupun Mariano juga berhasil menyelesaikan studi dalam waktu 3,9 tahun saja.
Lulusan terbaik fakultas: (ki-ka) Rizki Juda, Yusrin Rahmawati, Mariano Warendridus (foto: humas)
Menariknya ketiganya berasal dari satu prodi yang sama, yakni Prodi Ilmu Pemerintahan. Juda, sapaan akrab Rizki Juda terbaik 1 fakultas, ketika ditemui usai pengukuhan mengungkapkan bahwa keberhasilannya meraih predikat lulusan terbaik ini membutuhkan kerja keras. Ia harus bisa menyeimbangkan antara kegiatan akademis dan organisasi.
Sebagai mantan ketua Himpunan Mahasiswa Ilmu Pemerintahan, ia menyadari membagi waktu antara kehidupan kuliah dan organisasi tidaklah mudah. Apalagi tahun lalu ia juga mendapat kesempatan untuk mengikuti Program IISMA di Middle East Technical University Turki selama tiga bulan. “Saya berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin waktu untuk bisa menyelesaikan semua amanah, kuliah, organisasi maupun aktivitas yang menambah pengalaman lainnya. Intinya harus pintar bagi waktu,”ungkap calon wisudawan asal Tangerang ini. (wnd)