Sabtu, 07 Agustus 2021 15:15 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sebagai bagian upaya untuk menguatkan kompetensi pembimbing skripsi, FISIP UMM mengadakan sharing session #2. Sharing session hari ini (7/8) merupakan kelanjutan dari sharing session metodologi penelitian yang diadakan (4/8) lalu. Pada sharing session kedua ini, tiga doktor FISIP didaulat sebagai pembicara dalam diskusi yang bertajuk Strategi Penguasaan Teori dan Konsep dalam Bimbingan Skripsi. Ketiga doktor tersebut adalah Dr. Muslimin Machmud, M.Si dari Prodi Ilmu Komunikasi, Dr. Vina Salviana DS, M.Si, dosen Prodi Sosiologi dan Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si yang merupakan dosen Ilmu Pemerintahan.
Suasana sharing session#2 yang digelar melalui aplikasi zoom
Dr. Muslimin mengatakan bahwa tidak jarang ditemukan dalam proses bimbingan skripsi untuk program Sarjana Stara 1, mahasiswa bimbingan “menelan mentah-mentah” masukan lisan dari dosen pembimbingnya. Mahasiswa juga cenderung malas menggali (membaca) sendiri dari sumber-sumber tertulis yang direkomendasikan padanya. “Kemudahan sistem copy-paste dari berbagai sumber yang tersebar di internet, sebelum dibaca, dipelajari, dipilah-pilah, ditimbang-timbang serta dievaluasi sendiri, menjadi salah satu kontribusi miskinnya orisinalitas temuan atau komparasi gagasan yang kreatif dalam suatu karya tulis ilmiah. Akhirnya ya kering sekali bacaannya,”jelas Muslimin. Doktor alumni dari University of Malaya Malaysia ini menyarankan para pembimbing skripsi agar konsisten melakukan penelitian agar terbiasa dengan pemahaman konsep dan teori.
Pembicara berikutnya, Dr. Vina Salviana DS, M.Si, dalam konteks teori sosial, para pembimbing harus memahami betul realitas atau fenomena yang diteliti, baik realitas yang tampak maupun yang tidak tampak. Cara memahamkan mahasiswa untuk memilih teori adalah yang pertama memetakan realitasnya terlebih dahulu. Termasuk dalam makro, meso atau mikro subjektif, hal ini dilakukan agar tidak salah memilihkan teorinya. “Misal seharusnya teori kritis tapi pakai teori struktural fungsional, bukan jodohnya tapi dijodoh-jodohkan. Tentu tidak tepat,” ungkap Vina. Menurut Vina, dalam memilih realitas yang dipilih tentu harus dipilih realitas yang menarik dan unik. Realitas yang menarik adalah realitas yang menjadi masalah dan unik. Masalah didefinisikan sebagai selisih antara das sollen dan das sein sedangkan yang unik adalah yang jarang diteliti. Langkah berikutnya adalah mahasiswa harus memilih dengan tepat paradigma yang dipilih dan berikutnya baru memilih teori dan metode risetnya. “Salah satu yang perlu dikritisi adalah mahasiswa cenderung menggunakan teknik Miles dan Huberman untuk penelitian kualitatif. Padahal metode-metode fenomenologi, etnometodologi, etnografi, tidak bisa hantam kromo pakai teknik analisis data Miles and Huberman,”imbuh Vina.
Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si, doktor dari Prodi Ilmu Pemerintahan memaparkan tentang penerapan mixed method. Mixed Method merupakan metode yang masih sangat jarang digunakan karena beberapa sebab, salah satunya adalah perbedaan pandangan terhadap metode ini. Sebab antara kualitatif dan kuantitatif memiliki perbedaan perspektif yang tajam. Namun sejatinya, menurut Creswell, mixed method dianggap memberikan pemahaman yang jauh lebih lengkap tentang persoalan atau isu yang diangkat.
“Awalnya saya termasuk yang tidak sepakat dengan mixed method ini, namun setelah saya pelajari dari berbagai pihak, sebenarnya mixed method ini lebih dekat ke integratif atau keberlanjutan, bukan semata-mata dicampur. Jadi setelah menggunakan metode kualitatif kemudian dilanjutkan dengan kuantitatif,”jelas Tri Sulis. Tri Sulistyaningsih menyarankan jika ingin menggunakan mixed method ini, peneliti harus memahami bahwa teori dalam penelitian metode campuran dapat diterapkan secara deduktif atau menerapkan pola secara induktif dengan pemunculan teori.
Setelah sharing session kedua ini, pada 18 Agustus 2021 dan 21 Agustus 2021 nanti akan ada dua seri workshop tentang penulisan artikel jurnal internasional bereputasi. Kedua sesi tersebut salah satunya akan diisi oleh Dr.Salahudin, M.Si, M.PA, salah satu doktor termuda di FISIP yang banyak menghasilkan publikasi di sejumlah jurnal terindeks Scopus. (wnd)