Kamis, 09 Desember 2021 05:15 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    Meraih gelar doktor di usia muda, mungkin menjadi impian sebagian besar akademisi. Dr.Salahudin, S.IP, M.Si, M.PA adalah salah satu dosen FISIP yang berhasil meraih gelar doktor di usia 36 tahun. Tak hanya itu, dosen Prodi Ilmu Pemerintahan ini juga diganjar predikat cumlaude dalam Wisuda Doktoral Politik Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, (8/12) lalu. Disertasinya juga mendapat penghargaan khusus sebagai disertasi terbaik. Ia juga berhasil menyelesaikan program doktornya relatif cepat, hanya dua tahun saja.

Usai Wisuda: Dr. Salahudin bersama promotornya, Prof. Dr. Nurmandi (foto: ist)

     Nothing worth having comes essay. Deretan keberhasilannya tersebut tentu tidak diraih dengan mudah. Perjuangan memperoleh predikat tersebut diakui Salahudin butuh kerja keras dan konsistensi. “Kerja keras adalah salah satu hal yang harus kita lakukan. Selain itu support system baik dari promotor, keluarga dan kampus saya UMM menjadi hal yang sangat berharga bagi studi saya,”ungkapnya. Disertasinya yang berjudul Analisis Jejaring Politik dalam Praktik Korupsi di Kota Malang dan Kabupaten Malang, dinilai terbaik oleh UMY karena memiliki kebaruan metode. Ia berhasil melakukan inovasi dengan menggabungkan analisis data kualitatif dengan software analisis.

Salahudin menunjukkan sertifikat penghargaan disertasi terbaik di depan gedung JKSG (foto: ist)

     Riset disertasinya menemukan bahwa ada kepentingan kelompok, pribadi, bisnis yang terlibat sehingga akhirnya kebijakan APBD yang dirumuskan bersama tidak berpihak pada kepentingan masyarakat. Lalu bagaimana jejaring yang dilakukan oleh para aktor korupsi tersebut? Salahudin mengatakan jika praktik korupsi ini didukung okeh jejaring politik yang melibatkan politik pengaruh dan politik dominasi. “Dua dominasi ini mendorong para aktor politik mendorong melakukan korupsi. Politik pengaruh menggunakan kekuatan politik memengaruhi aktor-aktor lain, baik di struktur politik, struktur parlemen atau di luar itu. Politik dominasi juga mendorong elit politik yang berkuasa di dalam mengambil dominasi dalam pengambilan keputusan. Mereka juga memengaruhi dominasi aktor-aktor politik lain sehingga mendominasi pengambilan kebijakan,”jelas dosen yang kini menjabat sebagai Wakil Dekan 1 FISIP bidang akademik. Melalui inovasi metode riset yang ia lakukan, ia berhasil menemukan siapa saja aktor yang berperan dalam arus jejaringnya.

     Setelah menyelesaikan program doktoralnya ini, Salahudin mengaku ia akan terus melakukan riset dan publikasi. “Alhamdulillah saya sudah mencatatkan 46 publikasi Scopus dan insya Allah masih ada beberapa draft lagi yang akan dipublikasikan. Untuk bisa berhasil kuncinya memang harus focus, disiplin dan bekerja dengan target. Jangan takut juga untuk belajar hal-hal baru, khususnya inovasi dalam metode penelitian,”ujarnya.  (wnd)

×