Rabu, 22 November 2023 02:09 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

    FISIP UMM Sukses menyelenggarakan Seminar Internasional Berbahasa Indonesia (SIBI) pada Selasa dan Rabu, 21-22 November 2023.  SIBI ke II ini mengangkat tema: Efek Post Industrial dalam Krisis Perubahan Iklim menjadi Tantangan Kedigdayaan Pengetahuan Lokal. Dengan menghadirkan sembilan pembicara dari beberapa negara. Para narasumber yang diundang adalah mereka yang fasih berbahasa Indonesia Di sesi pertama pembicaranya adalah Dr. Islahuddin, MA dari Fatony University, Thailand dan Gautam Kumar Jha, Ph.D (Center for Chinnese &Southeast Asian Studies, Jawaharlal Nehru University, India). Adapun moderatornya adalah Nasrullah, S.Sos, M.Si selaku Dosen Ilmu Komunikasi UMM Malang.

    Dr. Islahuddin, MA sebagai pembicara pertama mengambil judul berupa “Pengetahuan Lokal dalam Sistem Pendidikan dan Koperasi Islam di Thailand (Patani)”. Islahudin membuktikan bahwa Islam membawa banyak perubahan positif untuk masyarakat patani berupa pemerataan karir secara terorganisasi dan professional, penghasilan masyarakat lebih meningkat dan terkendali, perubahan pola masyarakat ke arah lebih maju dan modern, dan perubahan perilaku keislaman lebih tampak dalam masyarakat.

Gautam Kumar Jha, Ph.D saat sesi presentasi via daring. (foto;Idat)

    “Nilai-nilai islam juga berkontribusi terhadap sikap masyarakat di Patani yang lebih perduli terhadap lingkungan, ”ujar Islahudin. Pendidikan islam mampu membuat masyarakat berusaha untuk lebih menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi selanjutnya. Pendidikan islam tambah Islahudin mengajarkan manusia untuk melakukan tindakan nyata untuk berkontribusi pada pencegahan pemanasan global yang lebih parah.

    Sementara itu, Gautam Kumar Jha, Ph.D menekankan pentingnya kearifan lokal dan menjaga lingkungan dari kerusakan. Dengan mengambil topik “Kearifan Lokal: India dan Indonesia” melihat kerusakan lingkungan sebagai dampak dari globalisasi yang melahirkan industrialisasi yang sangat berlebihan.

    “Banyak industry-industri yang merusak lingkungan misalnya dari gas emisi nyang dihasilkan dan limbah yang dibuang ke sungai, “terang Gautam.

    Lebih jauh Gautam menyampaikan bahwa dalam konteks globalisasi dan konsumsi berlebihan, seringkali terlupakan bahwa aktivitas ekonomi yang tidak berkelanjutan dapat memberikan beban berat pada lingkungan, atau “Ibu Bumi.” Penggunaan sumber daya alam yang berlebihan dan dampak negatif terhadap lingkungan seringkali diabaikan dalam siklus konsumsi dan produksi ini.

    Pernyataan tersebut mencerminkan keprihatinan terhadap dampak globalisasi terhadap konsumsi yang tidak berkelanjutan dan perluasan kesadaran akan tanggung jawab terhadap lingkungan.

   Kearifan lokal merupakan salah satu pilar penting yang jika dilestarikan dengan baik dapat membantu dalam pembangunan berkelanjutan atau ‘sustainable development’. “Indonesia dan India memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang sejak dulu kala mengajarkan pada Masyarakat untuk menjaga lingkungan, “jelas Gautama. Karena itu dalam pandangan Gautam, nilai-nilai tersebut harus terus dikampanyekan saat ini agar mampu membentuk paradigma Masyarakat yang berkelanjutan. (*its)

×