Senin, 06 Desember 2021 22:15 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FISIP UMM memang gudangnya para filmmaker handal. Baru-baru ini salah satu dosen FISIP bersama mahasiswa dan alumni berhasil membawa pulang juara ketiga kategori Ide Cerita Terbaik dalam Anti Corruption Film Festival 2021 (ACFFEST) yang diadakan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Dosen FISIP tersebut adalah Novin Farid Setyo Wibowo, M.Si, dosen Ilmu Komunikasi yang juga sudah tersertifikasi sebagai seorang filmmaker. Lewat film pendek berjudul Persen-an, Novin berhasil menyisihkan tidak kurang dari 400 karya proposal film lainnya.
Novin Farid Styo Wibowo, M.Si, dosen Ikom juarai kompetisi Ide Cerita Film ACFFEST 2021 (photo: ist)
Dalam pembuatan film ini, Novin berperan sebagai produser dan penulis skenario. Ide cerita yang ia tulis dalam film Persen-an berhasil mengalahkan 424 proposal yang masuk di panitia ACFFEST. “Awalnya dipilih 40 besar kemudian dipilih lagi 20 besar. Dari 20 besar itu lalu dipertemukan dengan para juri diantaranya Kamila Andini, seorang sutradara ternama di Indonesia. Dari 20 proposal itu terpilih 10 karya. Kemudian kesepuluh karya tersebut didanai 30 juta per karya. Alhamdulillah Persen-an lolos didananai dan dimentori untuk kemudian diwujudkan dalam sebuah produksi,”ungkap Novin.
Di balik layar pembuatan Film Persen-an (photo: ist)
Melalui bendera Raya Media Creative, Novin menggandeng dosen, alumni dan mahasiswa Ikom UMM. Salah satu dosen yang digandeng Novin adalah Rahadi, M.Si yang berperan sebagai pak Bowo, seorang pejabat desa yang culas dan suka minta persenan. Beberapa nama dosen dan alumni Komunikasi juga tergabung dalam film ini. Diantaranya adalah Lukman Hakim sebagai sutradara, Bhekti Setyowibowo sebagai Pak Karyo, makelar proyek dan alumni Ikom, Grise Febrianto yang memerankan Jon, si film maker.
Dosen Ikom Rahadi, berperan apik sebagai Pak Bowo, pejabat culas yang suka persenan (photo: ist)
Film Persen-an bercerita tentang dua orang filmmaker, yaitu Ocir dan Jon, yang terjebak dalam lingkaran korupsi gara-gara mendapatkan proyek dari pemerintah lokal. Dalam film itu dikisahkan bahwa di pemerintah lokal tersebut, setiap ada pengadaan proyek selalu ada potongan yang disebut dengan istilah persenan. Korupsi berupa persenan atau potongan yang dilakukan oleh para pejabat lokal dalam cerita ini dikisahkan sangat mengganggu proses produksi. Sebab hal itu menyebabkan hasil karya film yang dihasilkan menjadi turun kualitasnya, akibat banyaknya pengurangan dana di banyak sisi akibat pejabat yang minta komisi. “Persenan ini dalam KBBI artinya hadiah atau pemberian. Jadi film ini mengangkat fenomena di pemerintahan yang menerapkan potongan sejumlah beberapa persen dana sehingga mengurangi jumlah uang proyek yang diterimakan. Film yang dihasilkan dalam ACFFEST nantinya akan dijadikan sebagai media untuk sosialisasi KPK,”ujarnya.
All crew yang terdiri dari dosen, alumni dan mahasiswa Ikom FISIP UMM berpose usai proses produksi (photo: ist)
Novin menyebut hambatan dalam pelaksanaan adalah cuaca. Hujan di daerah Ketapanrame Trawas, yang menjadi lokasi pengambilan gambar film, sempat mengganggu proses produksi. Namun hal itu bisa diatasi oleh timnya, sehingga proses produksi yang memakan waktu tiga hari tersebut bisa berjalan dengan lancara. Menariknya, film ini rencananya juga akan diikutkan dalam beberapa festival baik nasional maupun internasional. “Jadi film Persen-an tidak akan berhenti sama disini saja, kami akan mengikutkannya dalam beberapa festival baik nasional maupun internasional,”ujar Novin. Selamat! (wnd)