Kamis, 13 Januari 2022 01:50 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

     Masih lekat di benak Frida, sosok dosen berpakaian safari yang mengajar di kampus putih pada tahun 1994 lalu. Kala itu, Frida, panggilan akrab Dr. Frida Kusumastuti,M.Si, masih berstatus dosen muda saat pria berpakaian safari itu, mengajar di FISIP UMM. Ya, dosen tersebut adalah Dr. Suprawoto, M.Si, Bupati Magetan. Dulu, Suprawoto adalah dosen praktisi di Prodi Ilmu Komunikasi, FISIP UMM.  Selama kurun waktu tak kurang dari tujuh tahun, Suprawoto mengampu mata kuliah Sistem Komunikasi Indonesia. Kepiawaiannya dalam bidang hukum dan media, membuat pria yang waktu itu menjabat sebagai Kabit Pers dan Penerbitan Kantor Wilayah Departemen Penerangan Jawa Timur, dipercaya mengampu mata kuliah tersebut.

Bupati Magetan, Suprawoto (kiri), memberikan bukunya yang berjudul Menjahit Mimpi Rakyat kepada Dekan FISIP UMM (kanan) (foto:humas)

     Meski menjadi pejabat, di sela-sela jam mengajar, Suprawoto tak canggung untuk mengajak dosen-dosen muda berdiskusi. Salah satu dosen muda yang sering ia ajak diskusi adalah Nasrullah, M.Si, Kaprodi Ilmu Komunikasi saat ini. “Pak Woto ini sering sekali mengajak diskusi atau ngobrol tentang banyak hal. Sering juga memberi akses kami untuk menjalin kerjasama misal dalam kegiatan riset atau program-program tertentu,” tutur Nasrullah.

    Ditemui di sela-sela rapat penandatangan MoA dan SPK kerjasama FISIP dan Pemkab Magetan (12/1) lalu, Suprawoto mengenang masa ia menjadi dosen di FISIP UMM. “FISIP adalah bagian dari entitas yang berperan membesarkan saya. Ini saya tulis juga di salah satu bagian buku otobiografi saya yang saya tulis dalam bahasa Jawa. Buku otobiografi itu menceritakan perjalanan hidup saya dari kecil hingga jadi Bupati, termasuk ketika menjadi dosen di UMM, ada ceritanya disitu,”ucapnya mengenang. Buku otobiografi berjudul “Dalane Uripku” itu bahkan di tahun 2018 mendapat penghargaan MURI sebagai buku otobiografi pertama yang ditulis dalam bahasa Jawa.

   Meski sudah jadi Bupati, namun naluri akademisi Kang Woto, sapaan akrab Suprawoto, seolah tak mati. Sebab, bupati Magetan itu memang sangat rajin menulis. Bahkan sudah melakukannya jauh sebelum dia memimpin kabupaten di bagian barat Jawa Timur tersebut. Saat ini Kang Woto rutin menulis tiap pekan dalam dua bahasa sekaligus. Mengisi kolom ’’Bupati Menulis’’ di Jawa Pos Radar Madiun sejak 17 Desember 2019. Serta jadi kolumnis di Panjebar Semangat, majalah berbahasa Jawa, yang telah dia lakoni secara konsisten selama 13 tahun tak terputus.

Suprawoto (baju putih), berfoto bersama sejumlah dosen FISIP UMM (foto: humas)

      “Saya sebenarnya juga rindu mengajar. Kerinduan saya di dunia akademisi ini saya tuangkan dalam bentuk tulisan-tulisan. Setiap minggu saya punya karya tulisan, saya tulis pikiran-pikiran saya di sela-sela mengerjakan pekerjaan kantor. Jika pada umumnya orang sedekah di masjid, saya melakukan hal berbeda. Saya sedekah pengetahuan dengan membagikan buku-buku yang saya tulis di berbagai perpusatakaan,”ujar Bupati yang sudah melahirkan tujuh judul buku. Salah satu bukunya, berjudul Government Public Relations, adalah buah pikirnya yang berisi pengalaman saat menjabat sebagai Sekjen di Kementrian Kominfo.

      Kegigihannya untuk tetap menulis ini, terilhami dari sastrawan terkemuka Pramoedya Ananta Toer. Seperti kata Pram, menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah. Menurut Kang Woto, orang boleh pintar setinggi langit, boleh kaya setinggi langit, tapi kalau tidak menulis dia akan hilang dari pusaran sejarah. Hal itu kemudian menginspirasi Kang Woto untuk terus menulis hingga kini.

     Bahkan ia mengaku, salah satu bentuk kampanyenya ketika akan menjadi Bupati, juga lewat buku dan tulisan yang ia buat. Ia pun menginspirasi banyak guru di Kabupaten Magetan untuk berani menulis. Ia sering berseloroh, “Bupati aja sempat menulis, masak guru tidak,”kelakarnya setiap memotivasi para guru. Tak heran berkat konsistensinya, ia berhasil membawa Magetan menjadi kabupaten literasi. Data terbaru di 2019, indeks minat baca Kabupaten Magetan mencapai angka 74,76. Bahkan Magetan menjadi kota pertama yang memiliki spot wisata literasi di Indonesia. (wnd)

×