Minggu, 17 September 2023 18:47 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) terus berusaha dalam mengembangkan proses pembelajaran yang bermutu. Hal tersebut ditunjukkan dengan mengadakan Workshop Rekonstruksi Pembelajaran Berbasis Kurikulum Outcome-Based Education (OBE)-Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), 15-16 September 2023. Kegiatan yang diselenggarakan di Ruang 601-603 GKB III UMM, ini diikuti oleh seluruh dosen di FISIP UMM.
Wakil Rektor I UMM Malang, Prof. Dr. Syamsul Arifin, M.Si dalam sambutannya menyampaikan bahwa kurikulum memang perlu adaptasi sesuai dengan kebutuhan pendidikan yang dinamis. Apalagi saat ini pendidikan Indonesia telah menerapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang berimplikasi pada banyak perubahaan kurikulum pembelajaran. “MBKM itu pusat pembelajaran ada di mahasiswa sehingga FISIP UMM harus melakukan rekonstruksi berkelanjutan yang tepat lewat OBE, “jelas Guru Besar Sosiologi Agama itu. Lanjutnya, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menyegarkan cara berpikir dosen dalam mengajar yang saat ini juga berorientasi pada outcome yakni mahasiswa yang punya kemampuan problem solving.
Peserta workshop Rekonstruksi Pembelajaran Berbasis Kurikulum OBE-MKBM. (Foto:Humas)
Di sisi lain, Prof. Dr. Muslimin Machmud, M.Si selaku Dekan FISIP UMM menyampaikan bahwa sejatinya sejak tahun 2022 kurikulum di setiap Prodi di lingkungan FISIP UMM telah menerapkan kurikulum berbasis OBE. Hal ini selain sebagai bagian dari implementasi MBKM juga bagian dari persiapan akreditasi internasional FIBAA. “implementasi kurikulum OBE ini memang perlu penyempuranaan, karena itu workshop ini sangat perlu dilakukan,“ pungkas Guru Besar Ilmu Komunikasi itu.
Selama dua hari, kegiatan ini dipandu oleh Prof. Dr. Bermawy Munthe, M.A dan Roni Ismail, M.Si, keduanya merupakan pakar dan fasilitator rekonstruksi pembelajaran dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Materi yang disampaikan berpusat bagaimana penerapan kurikulum OBE yang menempatkan mahasiswa sebagai subjek sekaligus obyek pembelajaran. Kunci utamanya adalah proses pembelajaran aktif yang partisipatif dan kolaboratif misalnya melalui model diskusi, studi kasus, Forum Group Discussion, dan berbagai strategi pembelajaran lainnya.
Prof. Bermawy dalam paparannya menjelaskan bahwa kurikulum OBE diarahkan untuk merangsang mahasiswa berpikir kritis. Hal ini penting karena Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) adalah kemampuan analisis mahasiswa yang sulit dipenuhi jika proses pembelajaran masih menggunakan model konvensional berupa ceramah. “Karena itu, model pembelajaran harus diubah total dengan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk terlibat aktif, merangsang mereka menyampaikan pokok-pokok pikiran mereka. Dosen juga harus interaktif dan di kelas cukup menjadi fasilitator,” paparnya.
Mochamad Aan Sugiharto, salah satu peserta workshop, mengaku sangat terkesan mengikuti workshop ini. Hal itu karena dirinya akhirnya menyadari bahwa terdapat banyak model dan strategi pembelajaran yang bisa diadopsi dosen, yang memungkinkan mahasiswa terlibat secara aktif dalam perkuliahan di kelas. “Selama dua hari, model pembelajaran kita selama ini benar-benar dibongkar dan rekonstruksi. Ini sangat penting, terutama untuk memastikan kurikulum OBE benar-benar telah kita implementasikan,” ujar Kepala Laboratorium Sosiologi itu. (*its)