Senin, 25 Desember 2023 19:25 WIB    Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

     Malang, 23 Desember 2023 – FISIP UMM kembali mendapatkan kabar membahagiakan di akhir tahun 2023. Tiga dosen FISIP UMM dikukuhkan sebagai Guru Besar yakni Prof. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si (Ilmu Pemerintahan), Prof. Dr. Asep Nurjaman (Ilmu Pemerintahan), dan Prof. Gonda Yumitro, PhD (Ilmu Hubungan Internasional). Ketiga Guru Besar tersebut langsung dikukuhkan oleh Plt Rektor UMM Prof Dr Syamsul Arifin MSi dan juga dihadiri oleh oleh seluruh Wakil Rektor UMM, Dewan Guru Besar UMM, Kepala LLDIKTI Wilayah 7, Pejabat Struktural di FISIP UMM dan kolega ketiga guru besar dari berbagai macam kalangan yang datang dari dalam dan luar kota Malang.

    Prof. Dr. Tri Sulistyaningsih, M.Si dengan keahlian bidang Ilmu Pemerintahan mengambil topik “New Urban Governance Tata Ruang Kota Untuk Mewujudkan Kota Berkelanjutan”. Saat ini dunia pemerintahan harus sudah menerapkan model e-Governance dan smart city untuk lebih menghadirkan pelayanan publik yang efisien dan efektif. Karena itu diperlukan adopsi teknologi informasi dalam model pelayanan serta lebih menghadirkan partisipasi masyarakat dalam Pembangunan.

Dekan FISIP UMM, Prof. Dr. Muslimin M.Si (Merah) bersama dengan 3 Guru Besar baru FISIP UMM.

    “e-Government adalah penerapan informasi teknologi hingga proses fungsi pemerintah dalam menyediakan informasi digital dan layanan transaksi online kepada warga, merupakan salah satu model dari new urban governance” ujar Tri. Karena itu tambah Tri semua pemerintahan Kota wajib melaksanakan e-government dengan sempurna agar tercipta layanan publik yang transparan, akuntabel, efisien dan efektif.

   Prof. Gonda Yumitro, PHD dengan keahlian Politik Islam menyoroti startegi deradikalisasi di Indonesia. Dengan mengambil topik “Model Comprehensive Collaboration Dalam Program Deradikalisasi Mantan Teroris Indonesia” menyoroti terorisme sebagai sesuatu hal yang rumit karena selalu bergerak sejalan dengan perkembangan yang ada.

    “Deradikalisasi sebagai strategi soft power melawan terorisme perlu dilakukan dengan framework multi agent dan dalam waktu yang berkelanjutan” terang Gonda. Dengan demikian jelas Gonda semua program dengan melibatkan berbagai stakeholder perlu dilakukan secara kolaboratif untuk melakukan pencarian lebih dalam mengenai dorongan yang membuat napiter menjadi radikal, meningkatkan pendanaan dalam program deradikalisasi, memberikan kesejahteraan dan menjamin kehidupan mantan napiter setelah bebas dari penjara, serta membantu mantan napiter berintegrasi kembali dengan masyarakat menjadi hal penting dalam program deradikalisasi.

   “Dengan demikian persoalan psikologi, sosial ekonomi dan pemahaman para mantan teroris diselesaikan dengan 3 H (heart, hand, head) approach. Dengan memahami akar persoalan, dan dinamika yang berkembang, maka program deradikalisasi atau pun kontra deradikalisasi yang dilakukan akan bisa lebih efektif berjalan. Berbagai tantangan yang ada dapat dijadikan acuan bagi pemerintah untuk memperbaiki program deradikalisasi terhadap mantan teroris Indonesia”, tutup Gonda.

    Prof. Asep Nurjaman, M.Si dengan keahlian Ilmu Politik melihat bagaimana eksistensi Partai Politik Islam di Indonesia khususnya pasca reformasi. Dengan mengambil judul “Rekam Jejak Partai Islam: Dinamika Sistem Kepartaian Indonesia Setelah Era Suharto”, Asep menyoroti hubungan kompleks antara merosotnya kinerja partai-partai Islam dengan dinamika sistem kepartaian pasca lengsernya Soeharto. Perubahan sistem pemilu dari daftar tertutup proporsional menjadi daftar terbuka turut menyebabkan penurunan perolehan suara partai petahana, khususnya Partai Islam, yang berimplikasi pada lingkungan politik. Saat ini terlihat kemunduran serius partai Islam karena perolehan suara yang relatif tidak signifikan.

    “Sifat transformatif dari sistem pemilu multipartai di Indonesia pasca-Suharto telah membuat struktur partai menjadi lebih dinamis dan cair. Hal ini berdampak pada partai-partai keagamaan, yang pernah mempunyai pengaruh besar dalam politik Indonesia, namun belakangan ini sudah tidak lagi bersaing dalam pemilu apalagi untuk bisa menang, “tutup Asep.

    Plt. Rektor UMM Prof Dr Syamsul Arifin MSi sangat mengapresiasi pencapaian hebat ini. “ini salah satu bentuk bahwa UMM berhasil menghasilkan dosen-dosen yang sangat berkompeten sehingga layak disebut sebagai Profesor”, tegar Syamsul. Kedepanya semoga ketiganya sesuai harapan UMM mampu memanfaatkan kepakaran yang dimiliki uuntuk pengembangan ilmu pengetahuan dan pemberdayaan masyarakat yang kebermanfaatanya dapat dirasakan langsung untuk kepentingan masyarakat. (*/its)

×