Sabtu, 19 September 2020 14:09 WIB Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Perkembangan dunia komunikasi sangat pesat, terlebih pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Hampir semua lini kini membutuhkan sentuhan ilmu komunikasi sebagai bagian dari solusi. Untuk itu, dalam rangka penyegaran keilmuan, hari ini (19/9) Prodi Ilmu Komunikasi FISIP UMM mengadakan Refreshing Metodologi dan Peninjauan Keilmuan yang bertemakan Disrupsi Komunikasi dan Konsekuensi Model Riset Komunikasi. Kegiatan ini diadakan di aula FEB Gedung Kuliah Bersama (GKB) II lantai 1.
Refreshing Metodologi hadirkan Dr. M. Sulhan, S.IP, M.Si digelar dengan standar protokol kesehatan (photo by: Nash)
Acara refreshing metodologi kali ini mengundang Dr.M.Sulhan, S.IP, M.Si, Ketua Asosiasi Pendidikan Tinggi Ilmu Komunikasi (ASPIKOM) yang juga ketua departemen Ilmu Komunikasi UGM ini berbicara tentang disrupsi ontology, khususnya dalam metode riset komunikasi. Sulhan mengatakan para sarjana komunikasi kini tak melulu meneliti perjumpaan manusia antar manusia atau media massa konvensional, namun keilmuan komunikasi sekarang harus memandang secara serius computer dan media berbasis computer dalam memfasilitasi komunikasi. “Apalagi saat ini ketika kita berbicara tentang akreditasi sembilan kriteria, dimana harus ada pencapaian-pencapaian yang tertuang dalam angka-angka yang kuantitatif, perlu ada upaya kuat untuk melakukan tindakan-tindakan yang lebih banyak. Tentunya tak sekedar kuantitas namun juga tidak boleh mengabaikan kualitas,”ujar M.Sulhan.
Penyerahan cinderemata dari Kaprodi Ilmu Komunikasi kepada pembicara (photo by: Nash)
Untuk itu, dalam rangka menjaga kualitas lembaga dan lulusan, dosen harus mampu membangun payung riset keilmuan dan membentuk tim kerja yang melibatkan mahasiswa. “Jadi misal dosen komunikasi mau riset tentang sebuah payung keilmuan, ia bisa menggandeng empat mahasiswa yang memiliki riset dengan akar payung yang sama. Dari situ saja akan muncul lima riset dengan payung serupa, sehingga luaran capaiannya lebih banyak. Satu riset dosen tersebut, dan empat riset mahasiswa yang berkualitas karena disupervisi oleh dosen yang memiliki basis akar riset serupa,”imbuhnya.
Dosen yang juga asesor BAN PT bidang Ilmu Komunikasi ini juga menegaskan bahwa potensi keilmuan komunikasi ini diprediksikan akan semakin dibutuhkan dan berkembang. Ia mencontohkan data dari media yang menyebutkan bahwa terjadi kenaikan yang signifikan hampir pada seluruh kelompok usia terkait konsumsi sosial media. Kenaikan tertinggi mencapai lebih dari 50 % terjadi pada kelompok usia 16-24 tahun dan kelompok usia 25-34 tahun. Bahkan untuk mereka yang masuk dalam kategori generasi baby boomers (rentang usia 55-64) juga mengalami peningkatan waktu konsumsi sosial media sebesar 32% dari masa sebelum covid. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa ilmu komunikasi sangat dibutuhkan dalam menganalisis atau meneliti fenomena-fenomena, tak terkecuali di sosial media. Meningkatnya konsumsi sosial media tidak bisa dipungkiri tentu akan memberi efek samping pada perubahan sosial. Kolaborasi big data dalam riset komunikasi diharapkan juga akan menghasilkan temuan-temuan yang bermanfaat untuk masyarakat.
Hasil dari refreshing metodologi hari ini akan menjadi salah satu masukan dalam brainstorming peninjauan kurikulum. Kaprodi Ilmu Komunikasi, M.Himawan Sutanto, M.Si mengatakan prodi Ilmu Komunikasi akan mengadakan lokakarya kurikulum pada Senin-Selasa minggu depan. (wnd)