Tantangan dunia digital menjadi isu menarik yang dibahas di kalangan ilmuwan di dunia. Dalam bidang ilmu sosial, diplomasi digital menjadi tugas para akademisi, tak terkecuali lulusan FISIP untuk berkontribusi. M. Subhan Setowara, M.A, pakar hubungan internasional FISIP UMM memaparkan pemaparannya dalam orasi ilmiah pada Yudisium FISIP Periode IV yang digelar hari ini (2/12) di GKB !V UMM. Subhan menyebut diplomasi digital bisa dijadikan sebagai cara untuk mengenalkan Indonesia sebagai negara yang damai. Hal ini bisa dilakukan melalui diplomasi melalui media sosial.
M. Subhan Setowara, MA, saat memberikan orasi ilmiah pada Yudisium FISIP Periode IV Tahun 2021 (photo by: humas)
Bukti bahwa diplomasi digital telah dilirik oleh banyak negara adalah salah satu contohnya negara yang tengah mengalami konflik, seperti Afghanistan, telah mulai membuka diri akan pentingnya publikasi massa. “Taliban di era sekarang juga telah berani melakukan rebranding untuk membangun pencitraan di media sosial pasca pendudukan Kabul. Dua dekade lalu, jangankan konferensi pers, Taliban selalu melakukan penolakan pada media massa,”ungkap dosen peraih gelar M.A dari University Nottingham.
Media sosial bisa menjadi sarana strategis media propaganda, termasuk menjadi sarana konsolidasi strategis ekstremisme-kekerasan. Digdayanya peran media ini, menurut Subhan adalah peluang bagi Indonesia untuk membangun image sebagai negara damai. Namun nyatanya, data menarik dari Global Peace Index 2021 menyebutkan negara paling damai adalah Iceland. Indonesia menempati posisi nomor 42. Atau menduduki posisi keempat negara terdamai yang memiliki mayoritas pemeluk Islam. Posisi pertama negara dengan penduduk mayoritas Islam, menurut survey tersebut adalah Malaysia (posisi 23), Qatar (posisi 29), Kuwait (posisi no 36) dan Indonesia di peringkat 42. “Dari data ini sebenarnya dapat kita lihat bahwa jika ingin melihat Islam yang damai, bisa dilihat jika di Asia Tenggara adalah di Malaysia dan di Indonesia. Ini adalah peluang untuk melakukan diplomasi. Diplomasi di masa kini bisa dilakukan melalui diplomasi digital dengan cara menampilkan Indonesia sebagai negara yang ramah dan damai. Khususnya di negeri kita, Indonesia, yang merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah pemeluk agama Islam mayoritas di dunia. Sangat penting untuk menampilkan positive vibes the smiling face of Indonesian Islam ,”ungkap Subhan.
Ada yang berbeda dalam pelaksanaan yudisium FISIP UMM periode ini. Setelah selama dua tahun menggelar yudisium secara hybrid, hari ini FISIP UMM menggelar Yudisium Periode IV tahun 2021 secara luring terbatas (luritas). Sebanyak 152 calon wisudawan wisudawati FISIP UMM dikukuhkan dalam seremonial yang digelar dalam standar protokol kesehatan yang ketat.
Peserta yudisium menaati standar operating procedure protokol kesehatan dengan memakai masker, hand sanitizer, pemeriksaan suhu dan pemeriksaan saturasi oksigen
Selain berhasil meluluskan 152 calon wisudawan dan wisudawati yang akan diwisuda pada Januari nanti, yudisium kali ini juga mengukuhkan tiga terbaik fakultas. Terbaik pertama fakultas disandang oleh Silmi Afiani Alfua dari Prodi Kesejahteraan Sosial yang memperoleh IPK 3,92. Terbaik kedua diraih oleh Ayu Rahmawaty dari Prodi Hubungan Internasional dengan perolehan IPK 3,91 dan terbaik ketiga diraih oleh Nawang Wulansari dari Prodi Kesejahteraan Sosial. Nawang berhasil meraih IPK 3,89.
Penyerahan penghargaan pada terbaik fakultas oleh Dekan FISIP UMM
Dekan FISIP UMM, Dr. Muslimin Machmud, Ph.D dalam sambutannya mengatakan bahwa tanggung jawab sarjana tentu berbeda dengan sebelum menjadi sarjana. Ada konsekuensi yang harus dipertanggungjawabkan dibalik gelar yang telah diraih. “Setelah ini, para wisudawan akan meniti karir lebih jauh. Kami harap para wisudawan-wisudawati tidak melupakan orang tua dan almamater. Secara harfiah, almamater artinya rahim. Itu artinya anda tidak hanya dilahirkan oleh orang tua anda, namun juga dilahirkan secara sosial oleh kampus tempat anda mencari ilmu,”jelas Muslimin. Dekan juga mengucapkan selamat atas kelulusan para calon wisudawan, orang tua, dan para dosen yang telah bekerja keras mengantarkan mahasiswa menuju keberhasilannya hari ini. (wnd)